Selasa, 08 Desember 2015

KEDAERAHAN


Secara administrasi kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi 27 kecamatan dengan 419 desa dan 11 kelurahan yang terdiri dari 1.299 dusun dan lingkungan, 2.000 RW dan 7.528 RT dengan luas wilayah keseluruhan adalah 230.706 Ha. Suatu desa dipimpin oleh seorang kepala desa. Sebagian besar kepala desa di Kabupaten Bojonegoro berpendidikan SMA, yaitu
sekitar 57,11 persen, sedangkan yang sempat mengenyam bangku kuliah hanya sekitar 18,41 persen, yang melegakan adalah mulai Tahun 2010 sudah tidak ada kepala desa yang berpendidikan sebatas sekolah dasar. Kabupaten Bojonegoro bagian dari propinsi Jawa Timur dengan jarak 110 km dari ibukota propinsi dan berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Tengah. Batas-batas administrasi kabupaten Bojonegoro adalah :
Sebelah Utara                         : Kabupaten Tuban
Sebelah Timur            : Kabupaten Lamongan
Sebelah Selatan          : Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang
Sebelah Barat             : Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)
Dengan luas wilayah keseluruhan 230.706 ha, 40,15% wilayah Bojonegoro merupakan wilayah hutan negara yang sebagian besar berada di wilayah selatan Bojonegoro, 32,58% berikutnya berupa lahan sawah yang sebagian besar berada di sepanjang aliran sungai bengawan Solo. Sebanyak 22,42% merupakan tanah kering dan sisanya 4,85% adalah perkebunan dan lain-lain.
Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Bengawan Solo mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi JawaTengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan daerah aliran sungai bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif.
Kabupaten Bojonegoro memiliki jumlah penduduk sebesar 1.430.316 jiwa atau 403.468 KK yang terdiri dari 721.445 laki-laki dan 708.871 perempuan. Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bojonegoro sehingga penduduk kabupaten Bojonegoro sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan dan tembakau pada musim kemarau. 40,15 persen wilayah Bojonegoro masih merupakan hutan negara yang sebagian besar berada di wilayah selatan Bojonegoro, 35,58 persen berikutnya berupa lahan sawah, yang sebagian besar berada di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Sebanyak 19,42 persen merupakan tanah kering dan sisanya 4,85 persen adalah perkebunan dan lain-lain. Bojonegoro hanya memiliki 22 stasiun penangkar hujan, yang tersebar di 15 kecamatan. Dari 15 kecamatan, hujan paling sering terjadi di kecamatan Sukosewu yaitu sebanyak 127 hari, hujan paling sedikit muncul di kecamatan Ngraho yaitu hanya 48 hari. Sementara itu, untuk menanggulangi kekurangan air untuk keperluan pengairan lahan pertanian di musim kemarau, dilakukan dengan menaikkan air dari sungai Bengawan Solo melalui pompanisasi yang tersebar di 8 kecamatan yang meliputi 24 desa.
Sektor unggulan dan komoditas unggulan yang dimiliki oleh kabupaten Bojonegoro yaitu :
1. Sektor Pertanian, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan;
2. Sektor industri kreatif;
3. Sektor Migas;
4. Sektor Pariwisata.
Mengingat sebagian besar wilayah kabupaten Bojonegoro berupa lahan pertanian maka saat ini dan masa yang akan datang sektor ini akan menjadi salah satu sektor unggulan yang diunggulkan. Memang sebelum ditemukannya SDA migas di Kabupaten Bojonegoro, maka sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun Kabupaten Bojonegoro tidak pernah bergantung dari migas karena sektor pertanian selama ini menjadi sektor basis yang menyerap tenaga kerja paling besar.
Penemuan sumber minyak di Kabupaten Bojonegoro membuat Kabupaten Bojonegoro menjadi primadona baru dan berdampak luar biasa bagi Kabupaten Bojonegoro. Bahkan kandungan minyak dan gas yang ada menjadikan Kabupaten Bojonegoro menjadi salah satu daerah penyangga Gudang Energi Nasional karena hampir 20%. Kegiatan eksplorasi migas dilakukan oleh Exxon Mobile (Mobile Cepu Limited) - PT. Pertamina serta JOB Pertamina Petrochina East Java (PPEJ). Dengan cadangan minyak mencapai 1.200 MMBOE dan potensi gas mencapai 6 Trilyun Cubic Feet (1.000 MMBTU = 1 cubic feet) di blok Banyu Urip Kecamatan Ngasem maka diperkirakan Kabupaten Bojonegoro turut memberikan kontribusi pada negara lebih dari 1.000 Trilyun Rupiah dengan asumsi ICP lifting minyak nasional 90 US$/barel dan price gas nasional 3 US$/MMBTU. Sepanjang Tahun 2011 tingkat produksi akumulatif yang dihasilkan mencapai 62 ribu barel per day. Produksi tersebut akan bertambah apabila eksplorasi sudah mencapai puncak (peak production) yang diperkirakan akan mencapai 165 ribu barel per day. Selain eksploitasi yang sudah dilakukan di Kecamatan Ngasem dan Kapas, sumber minyak juga ditemukan di Kalitidu yaitu di lapangan Kedung Keris, Kecamatan Dander di daerah Alas Tuo Timur dan Tiung Biru di Kecamatan Tambakrejo saat ini sudah mulai dilakukan kegiatan eksplorasi.
Pertambangan  migas  di  Kabupaten  Bojonegoro  dimulai  dengan ditemukannya “emas hitam” atau minyak di kecamatan Kedewan yaitu di Desa Kawengan, Wonocolo, Hargomulyo dan Beji. Namun tidak seperti pertambangan migas yang ada di Blok Cepu maupun di lapangan Sukowati yang dieksploitasi dan dieksplorasi oleh MCL, PT. Pertamina dan Petrochina, sumur-sumur minyak yang ada di kecamatan Kedewan di tambang secara tradisional dan mekanis oleh penduduk setempat. Penambangan dilakukan dengan peralatan yang sederhana sedangkan sebagian lagi menggunakan teknologi yang memanfaatkan mesin
mobil sebagai penggerak. Sumur-sumur minyak tua rata-rata mempunyai kedalaman 500 meter, jumlah sumur sebanyak 74 yang meliputi desa Wonocolo 44 sumur dengan kapasitas produksi 25.771 liter/hari, desa Hargomulyo 18 sumur dengan kapasitas 12.755 liter/hari dan di desa Beji 12 sumur dengan kapasitas produksi 8.249 liter/hari. Kegiatan penambangan yang dikelola secara tradisional ini memiliki daya tarik wisata tersendiri karena menawarkan keindahan alam berupa hutan dan secara khusus adalah wisata untuk penambangan minyak tradisional yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Selain sektor pertanian dan sektor pertambangan (migas), masih banyak sektor lagi yang mendukung peningkatan perekonomian Bojonegoro, seperti pariwisata, perikanan dan peternakan, industri kreatif dan lain-lain. Melihat hal tersebut sudah semestinya banyak pula jumlah lapangan kerja yang ada di Bojonegoro. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak pula jumlah pengangguran yang ada di Bojonegoro bahkan di beberapa kecamatan, rata-rata warganya merantau ke negeri tetangga untuk menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia).
Hal seperti ini membutuhkan perhatian khusus dan perlu diteliti lagi mengapa masih banyak pengangguran di Bojonegoro. Dengan cara mengoreksi lagi kekurangan-kekurangan di beberapa sektor yang sekiranya belum dimaksimalkan maka dapat ditemukan sumber-sumber masalah yang memnculkan beberapa dampak negatif seperti pengangguran ini. Lembaga yang bersangkutan mengenai masalah ini sudah seharusnya bekerja lebih maksimal lagi agar potensi yang ada memberi hasil yang maksimal pula.
Dalam hal ini, pemerintahan maupun lembaga terkait mampu bekerja maksimal dengan partisipasi warga Bojonegoro pula, khususnya yang mempunyai potensi untuk memecahkan masalah-masalah seperti ini yakni yang berpendidikan. FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Bojonegoro), yang sejak berdirinya mempunyai cita-cita untuk memberdayakan daerah mempunyai andil besar dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Bojonegoro. Bagaimana FKMB dengan bekal keilmuannya mengulurkan tangannya untuk turut menyelesaikan masalah yang ada di Bojonegoro. Hal ini sudah semestinya dilakukan, karenanya materi kedaerahan ini sangat diperlukan agar seluruh warga FKMB mengetahui bagaimana ia menempatkan dirinya dan menempatkan FKMB dalam aktivitas daerah. Tidak hanya untuk memecahkan permasalahan akan tetapi juga dalam hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberdayaan daerah Bojonegoro sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar